Tidur merupakan kebutuhan dasar manusia. Tidur sangat berguna, terutama untuk memulihkan energi dan kondisi tubuh setelah beraktivitas. Selama tidur, tubuh akan memperbaiki sel-sel yang rusak agar tubuh kembali segar saat bangun.
Dalam Al Quran, dibahas juga tentang butuhnya manusia untuk tidur:
وَمِنْ ءَايَٰتِهِۦ مَنَامُكُم بِٱلَّيْلِ وَٱلنَّهَارِ وَٱبْتِغَآؤُكُم مِّن فَضْلِهِۦٓ ۚ إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَءَايَٰتٍ لِّقَوْمٍ يَسْمَعُونَ
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah tidurmu di waktu malam dan siang hari dan usahamu mencari sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar- benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mendengarkan” (surat ar-Rum ayat 23).
Namun, banyak juga orang yang memiliki waktu tidur berbeda. Misalnya, memilih tidur sore untuk melepas penatnya setelah seharian beraktivitas. Bahkan, ada juga yang tidur sampai berjam-jam hingga mendekati waktu maghrib atau bahkan sampai larut malam.
Meski terlihat sepele, kebiasaan bisa memiliki dampak yang besar bagi kesehatan fisik dan mental.
Dikutip dari www.alodokter.com, tidur sore yang terlalu lama atau yang sampai berlarut-larut sampai mendekati waktu tidur malam akan membuat fungsi tubuh kacau dan berakhir memicu penyakit yang beragam. Seperti: depresi, tekanan darah tinggi, menurunkan fungsi otak dll.
Hal ini juga dijelaskan dalam hadis yang diriwayatkan oleh Aisyah Radhiyallahu anha. Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang tidur setelah salat Ashar lalu akalnya hilang, maka janganlah dia mencela (menyalahkan) kecuali dirinya sendiri.”
Kemudian, ada kisah menarik di dalam Kitab Al-fawaidu Al-Mukhtarah:
Suatu ketika, setelah mendengarkan pengajian yang mubalighnya menyampaikan tentang tidur setelah shalat ashar mengakibatkan hilang akal atau gila, seseorang ingin membuktikan. Siang harinya ia sengaja tidur selepas shalat ashar hingga terbangun dini hari.
Setelah bangun tidur, ia tidak tidak merasakan sesuatu yang membuatnya gila. Karena merasa tidak terbukti ucapan sang mubaligh, seketika itu ia pergi ke rumahnya. Sesampainya di kediaman sang mubaligh, ia mengatakan dengan semangat bahwa ucapannya waktu pengajian tidak terbukti.
Dengan sedikit menahan tawa, sang mubaligh menjawab,“Oke, kau merasa tidak gila? Coba pikir. Apakah ada orang segila anda? Di saat jam segini orang lain pada tidur, sedangkan anda pergi bertamu ke rumah seseorang hanya untuk mengadukan masalah ini. Apakah ada orang yang segila anda?”.
Dengan raut wajah memerah karena malu, ia hanya bisa terdiam mendengarkan penjelasan dari sang mubaligh. (Muhammad Faqih Arridho)